fbpx

BELAJAR AL-QUR'AN

Manusia yang terbaik dalam islam adalah dia yang selalu belajar dan mengajar Al-Qur’an kepada manusia lainnya.   Rasulallah saw. Bersabda: “Manusia terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR.Bukhari).

Masih dalam hadits riwayat Bukhari dari Utsman Bin Affan ra, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi saw Bersabda: “Sesungguhnys orang yang paling utama diantara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik diantara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur’an dan mengajarkan Al-Qur’an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik disini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur’an itu sendiri.

Al-Qur’an adalah kalam Allah, firman-firmannya yang diturunkan kepada Nabinya melalui perantara malaikat jibril as. Al-Qur’an adalah sumber pertama dan acuan uatma dalam ajaran islam. Karena keutamaan yang tinggi inialah, yang membuat Abu Abdirrohman As-Sulami salah seorang yang meriwayatkan hadits ini selalu belajar dan mengajarkan Al-Qur’an sejak jaman Utsman Bin Affan ra. Hingga masa Al-Hajjaj Bin Yusuf Ats-tsaqofi.

Hadis ini menunjukan akan keutamaan Al-Qur’an. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditannya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Al-Qur’an? Ia berkata yang membaca Al-Qur’an, karena Rasulallah Saw. Bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.” Imam Abu Abdurrohman As-Sulami Tetap mengajarkan Al-Qur’an selama 40 tahun di mesjid agung kuffah di sebabkan karena ia telah mendengar Hadits ini, selalu berkata: “inilah yang mendudukan aku di kursi ini.”

Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Qur’an berkata, maksud dari sabda Rasulallah saw “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain” adalah, bahwa ini sifat-sifat orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para Rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyemppurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.

Dari Abdullah Bin Mas’ud ra., ia berkata: Rasulallah saw bersabda kepadaku: bacakan Al-Qur’an kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasullah, Aku harus membacakan Al-Qur’an kepada baginda, sedangkan kepada Bagindalah Al-Qur’an diturunkan? Rasulallah saw bersabda:Sesungguhnya aku senang bila mendengar dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa, ketika sampai pada ayat yang artinya: “Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti, jika kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu dan ketika aku angkat kepalaku aku melihat beliau bercucuran air mata.

Imam Nawawi Rohimahullah berkata: sunah hukumnya mendengarkan Al-Qur’an merenungi dan Menangis ketika mendengarnya dan sunnah hukumnya seseorang kepada orang lain untuk membaca Al-Qur’an agar dia mendengarkannya dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al-Qur’an dibandingkan dengan memebaca sendiri.

Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di surga bersama-sama dengan Rasul-Rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang memebaca Al-Qur’an tetapi dia tidak mahir membacanya tertegun-tagun dan nampak agak berat lidahnya karena belum lancar. Maka dia akan mendapat dua pahala.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adapaun maksud dari mengajarkan Al-Qur’an yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur’an yang benar berdasarkan Hukum Tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur’an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Atsauri ditanya mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur’an dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur’an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini.

Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur’an sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur’an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah di pelajarinya. Dan dari Hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur’an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur’an sebelumnya. Sebab orang yang belum pernah belajar Al-Qur’an tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain maka apa yang di ajarkannya akan banyak kesalahan. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Admin
1
Chat Kami Sekarang
Assalamualaikum.. Kak, ingin berdonasi sekarang ?
Anda akan Terhubung dengan admin melalui WhatsApp